Sesungguhnya dakwah menjadi tinggi dan mulia dengan ketinggian dan kemuliaan pendukungnya selain tingkatan kesetiaannya terhadap manhaj yang diikuti. Di dalam Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, mereka telah menumpukan usaha untuk melahirkan peribadi-peribadi contoh melalui proses tarbiyah yang akhirnya akan menjadi mujahid dakwah bagi memikul tugas dan tanggungjawab dakwah sehingga dakwah ini akan tersebar ke serata pelusuk dunia untuk merealisasikan perhambaan sepenuhnya kepada pemilik dakwah ini iaitu Allah swt dan dalam masa yang sama menghapuskan kezaliman sesama manusia. Semua usaha-usaha di atas tidak mampu untuk diwujudkan melainkan mendapat taufiq dari Allah swt dan sebahagian dari ciri-ciri peribadi contoh tersebut adalah seperti berikut :
1. MENJADIKAN DAKWAH SEBAGAI TUMPUANNYA.
Imam Hasan Al-Banna pernah menyebut : "Saya dapat menggambarkan peribadi mujahid adalah seorang yang dalam keadaan :
1. MENJADIKAN DAKWAH SEBAGAI TUMPUANNYA.
Imam Hasan Al-Banna pernah menyebut : "Saya dapat menggambarkan peribadi mujahid adalah seorang yang dalam keadaan :
- Mempersiapkan dan membekalkan diri.
- Berfikir tentang keberadaannya pada segenap relung hatinya.
- Sentiasa berfikir untuk meningkatkan kemampuannya.
- Berwaspada dan sentiasa dalam keadaan siap siaga.
- Bila diseru, ia menyambut seruan itu.
- Waktu pagi dan petangnya, bicaranya, keseriusannya dan pekerjaannya, tidak melanggar ruangan yang ia persiapkan diri untuknya.
- Tidak melakukan sesuatu kecuali memenuhi misinya yang memang telah meletakkan hidup dan kehendaknya di atas misinya iaitu berjihad di jalanNya.
Kita dapat membaca perkara tersebut pada raut wajahnya. Kita dapat melihatnya pada bola matanya. Kita dapat mendengarnya dari ucapan lidahnya yang boleh memberi petunjuk terhadap ;
2. BERGERAK KERANA ALLAH SWT.
Keadaan seorang mujahid yang berlari memohon kesyahidan kepada Allah swt di saat melakukan tugas dakwah kepada Allah sebagaimana syahidnya 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi ra yang mendakwahkan kaumnya kepada Islam.
'Urwah adalah seorang dari dua tokoh besar kaum musyrikin yang disebutkan dalam firman Allah tentang perkataan kaum musyrikin : "Dan mereka berkata, "Mengapa Al-Qur'an tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?" (QS Az-Zukhruf : 31). Ketika ia menyatakan dirinya masuk Islam, sekaligus mendakwahkan kaumnya kepada Islam, tombak dan anak panah bertubi-tubi datang dari segala arah merobek tubuhnya hingga akhirnya ia syahid.
3. MEMILIKI SEMANGAT YANG TINGGI.
Seorang mujahid dakwah mesti mempunyai semangat yang tinggi sebagaimana semangat Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami ra yang pernah diceritakan oleh Ibnul Qayyim : “Bila kamu ingin melihat tahap semangat, lihatlah semangat Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami ra. Rasulullah saw berkata: "Mintalah kepadaku." Rabi’ah mengatakan: "Aku ingin menjadi pendampingmu di syurga." Sementara orang lain ada yang meminta makanan dan pakaian.
4. MEMEGANG TEGUH JANJINYA.
Seorang mujahid dakwah dibina untuk mengerti dan melaksanakan sikap “shiddiq” sebagai sikap mulia para sahabat ridhwanullahi'alaihim. Seperti kisah Anas bin Nadhr ra yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Anas bin Nadhr tidak hadir dalam peperangan Badar. Beliau mengatakan: "Aku tidak ikut serta dalam perang pertama yang disaksikan olah Rasulullah saw. Bila Rasulullah kembali berperang melawan kaum Quraisy setelah Badar, niscaya Allah 'Azza wa Jalla akan memperlihatkan apa yang akan kuperbuat." Ketika berlakunya perang Uhud, umat Islam menderita kekalahan. Seseorang berkata kepada Anas bin Nadhr radhiallahu'anhu: "Wahai Anas hendak kemana engkau?" "Saya ingin menghampiri bauan syurga di sebalik Uhud.' Anas berangkat hinggalah ia syahid. Di tubuhnya terdapat lebih dari lapan puluh luka akibat tikaman pedang, tombak dan anak panah hingga jasadnya tidak dapat dikenali lagi oleh saudara perempuannya kecuali melalui pakaiannya. Lalu turunlah firman Allah swt : “Di antara orang-orang mu'min ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (QS Al-Ahzab : 23) Demikianlah semestinya sikap teguh terhadap janji.
5. SEIMBANG DALAM SEMUA KEADAAN.
Tarbiyah Ikhwanul Muslimin membina anggotanya agar memiliki sikap berani, namun tidak mengabaikan sikap berhati-hati, jauh dari sikap tergesa-gesa dan emosional. Mungkin sedikit manusia yang mampu bersikap seimbang dalam melakukan perkara ini. Seorang yang membiasakan dirinya bersikap berani akan sentiasa berusaha untuk memutuskan semua rintangan-rintangan yang mengikatnya. Mereka juga memiliki ketaatan yang tinggi yang diikat oleh kesedaran syar'i yang tepat, jelas, tidak mengikut-ngikut dan bukan sikap membabi buta. Di sisi lain, anggota Ikhwan sentiasa memelihara potensi yang Allah anugerahkan kepada dirinya. Seorang Ikhwan secara khusus mengerahkan semua kekuatannnya kepada seluruh yang mendatangkan manfaat kepada dakwah. Penyaluran potensi itu tidak dibiarkan tanpa pengendalian, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Mereka sentiasa mengiringinya dengan langkah perancangan yang matang.
6. KOMITMEN YANG TINGGI TERHADAP PETUNJUK NABAWI.
Seorang mujahid dakwah sentiasa : Berjalan di atas jalan syari'at. Tunduk kepada sunnah. Menjauhi diri dari perilaku bid'ah dan semua yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah saw. Mengikuti petunjuk Nabawi dalam setiap tindak tanduknya. Mengambil agamanya dari mata air Islam yang jernih dan minum dari sumber keimanan. Bila ditanya : Tentang prinsipnya, ia mengatakan : “Ittiba’” (mengikut petunjuk Nabawi). Tentang pakaiannya, ia mengatakan : "Taqwa." Tentang matlamat serta tujuannya, ia mengatakan : "Ridha Allah." Tentang di mana ia menghabiskan waktunya di waktu pagi hingga petang, ia menjawab: "Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang." (QS An-Nur: 36) serta di medan da’wah untuk mengembalikan manusia ke jalan al-haq. Tentang nasabnya, ia mengatakan : “Ibu bapaku adalah Islam. Tidak ada ibu bapa selainnya sementara orang lain bangga dengan keturunan Qais atau Tamim.”
7. SABAR.
Seorang mujahid dakwah terbina dengan akhlak sabar sehingga di awal perjalanannya, mereka telah memahami apa yang diucapkan Ibnul Qayyim rahimahullah : "Sesungguhnya sikap untuk lebih mengutamakan ridha Allah pasti akan berhadapan dengan permusuhan manusia, siksaan bahkan usaha mereka untuk membunuhnya. Yang demikian adalah sunnatullah di antara makhluk-Nya. Jika tidak demikian, lalu apakah dosa para Nabi dan Rasul yang memerintahkan keadilan di antara manusia dan menegakkan agama Allah? Maka barangsiapa yang lebih mengutamakan keridhaan Allah, nescaya ia akan mendapat permusuhan dari :
8. PEMBERI INFAQ YANG TIDAK KIKIR TERHADAP DAKWAHNYA.
Ciri ini adalah sebagaimana yang disifatkan oleh Imam Hasan Al-Banna : "Mereka tidak kikir terhadap dakwah, meskipun mesti mengeluarkannya dari bahagian makanan anak-anak mereka, mengeluarkan darah mereka dengan harga yang mahal untuk keperluan utama, apatah lagi dari keperluan yang tidak mendesak. Mereka, tatkala menanggung bebanan dakwah ini, benar-benar mengetahui bahwa ia merupakan jalan dakwah yang tidak mungkin dilalui dengan sedikit pengorbanan darah dan harta. Maka mereka keluarkan perkara itu seluruhnya kerana Allah swt. Dari semua ciri-ciri dan sifat-sifat seorang mujahid dakwah di atas, boleh difahami bahwa mereka sebenarnya tengah melakukan perjalanan menuju Allah swt bersama kelompok al-haq dan kafilah tauhid. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai keyakinan besar, para pendidik, manusia yang sedar dan berpegang teguh kepada Islam, yang sedang mempersiapkan diri dengan ilmu, keahlian untuk berangkat dan berjihad. Masing-masing berlumba untuk berangkat, dan bila mereka berangkat mereka lakukan dengan penuh “itqan” (tanggungjawab dan amanah). Jika mengalami situasi sulit dalam peperangan, mereka bersabar. Mereka tidak akan rela sehingga dakwah mencapai tujuannya. Meskipun mereka perlu memeras seluruh kemampuan dan pemikiran mereka habis-habisan.
Para mujahid dakwah sentiasa komited dengan seruan Rasulullah saw secara zahir dan batin. Mereka berpendirian sebagaimana Rasulullah saw berpendirian. Mereka berjalan sebagaimana Rasulullah saw berjalan. Mereka ridha dengan keridhaan Rasulullah saw. Menyambut seruannya bila Rasulullah saw menyeru mereka. Landasan mazhab mereka adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah, meninggalkan hawa nafsu, bid'ah, berpegang teguh dengan para imam dan berqudwah pada para salaf. Meninggalkan perbuatan bid'ah, berpendirian di atas apa yang ditempuh para generasi awal dari para sahabat, pembela Islam, sumber keimanan mereka berintikan sikap ihsan.
Pengetahuan mereka murni mengambil dari haruman wahyu dan hadits Rasulullah saw. Para mujahid dakwah yang meyakini bahwa :
- Sesuatu yang bergolak dalam hatinya.
- Suasana tekadnya.
- Semangat besar serta tujuan jangka panjang yang telah memuncak dalam jiwanya.
- Jiwa yang jauh dari unsur menarik keuntungan segera di sebalik perjuangan.
- Tidur sepenuh kelopak matanya.
- Makan seluas mulutnya.
- Tertawa selebar bibirnya.
- Menggunakan waktunya untuk bermain dalam kesia-siaan.
2. BERGERAK KERANA ALLAH SWT.
Keadaan seorang mujahid yang berlari memohon kesyahidan kepada Allah swt di saat melakukan tugas dakwah kepada Allah sebagaimana syahidnya 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi ra yang mendakwahkan kaumnya kepada Islam.
'Urwah adalah seorang dari dua tokoh besar kaum musyrikin yang disebutkan dalam firman Allah tentang perkataan kaum musyrikin : "Dan mereka berkata, "Mengapa Al-Qur'an tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?" (QS Az-Zukhruf : 31). Ketika ia menyatakan dirinya masuk Islam, sekaligus mendakwahkan kaumnya kepada Islam, tombak dan anak panah bertubi-tubi datang dari segala arah merobek tubuhnya hingga akhirnya ia syahid.
3. MEMILIKI SEMANGAT YANG TINGGI.
Seorang mujahid dakwah mesti mempunyai semangat yang tinggi sebagaimana semangat Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami ra yang pernah diceritakan oleh Ibnul Qayyim : “Bila kamu ingin melihat tahap semangat, lihatlah semangat Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami ra. Rasulullah saw berkata: "Mintalah kepadaku." Rabi’ah mengatakan: "Aku ingin menjadi pendampingmu di syurga." Sementara orang lain ada yang meminta makanan dan pakaian.
4. MEMEGANG TEGUH JANJINYA.
Seorang mujahid dakwah dibina untuk mengerti dan melaksanakan sikap “shiddiq” sebagai sikap mulia para sahabat ridhwanullahi'alaihim. Seperti kisah Anas bin Nadhr ra yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Anas bin Nadhr tidak hadir dalam peperangan Badar. Beliau mengatakan: "Aku tidak ikut serta dalam perang pertama yang disaksikan olah Rasulullah saw. Bila Rasulullah kembali berperang melawan kaum Quraisy setelah Badar, niscaya Allah 'Azza wa Jalla akan memperlihatkan apa yang akan kuperbuat." Ketika berlakunya perang Uhud, umat Islam menderita kekalahan. Seseorang berkata kepada Anas bin Nadhr radhiallahu'anhu: "Wahai Anas hendak kemana engkau?" "Saya ingin menghampiri bauan syurga di sebalik Uhud.' Anas berangkat hinggalah ia syahid. Di tubuhnya terdapat lebih dari lapan puluh luka akibat tikaman pedang, tombak dan anak panah hingga jasadnya tidak dapat dikenali lagi oleh saudara perempuannya kecuali melalui pakaiannya. Lalu turunlah firman Allah swt : “Di antara orang-orang mu'min ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (QS Al-Ahzab : 23) Demikianlah semestinya sikap teguh terhadap janji.
5. SEIMBANG DALAM SEMUA KEADAAN.
Tarbiyah Ikhwanul Muslimin membina anggotanya agar memiliki sikap berani, namun tidak mengabaikan sikap berhati-hati, jauh dari sikap tergesa-gesa dan emosional. Mungkin sedikit manusia yang mampu bersikap seimbang dalam melakukan perkara ini. Seorang yang membiasakan dirinya bersikap berani akan sentiasa berusaha untuk memutuskan semua rintangan-rintangan yang mengikatnya. Mereka juga memiliki ketaatan yang tinggi yang diikat oleh kesedaran syar'i yang tepat, jelas, tidak mengikut-ngikut dan bukan sikap membabi buta. Di sisi lain, anggota Ikhwan sentiasa memelihara potensi yang Allah anugerahkan kepada dirinya. Seorang Ikhwan secara khusus mengerahkan semua kekuatannnya kepada seluruh yang mendatangkan manfaat kepada dakwah. Penyaluran potensi itu tidak dibiarkan tanpa pengendalian, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Mereka sentiasa mengiringinya dengan langkah perancangan yang matang.
6. KOMITMEN YANG TINGGI TERHADAP PETUNJUK NABAWI.
Seorang mujahid dakwah sentiasa : Berjalan di atas jalan syari'at. Tunduk kepada sunnah. Menjauhi diri dari perilaku bid'ah dan semua yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah saw. Mengikuti petunjuk Nabawi dalam setiap tindak tanduknya. Mengambil agamanya dari mata air Islam yang jernih dan minum dari sumber keimanan. Bila ditanya : Tentang prinsipnya, ia mengatakan : “Ittiba’” (mengikut petunjuk Nabawi). Tentang pakaiannya, ia mengatakan : "Taqwa." Tentang matlamat serta tujuannya, ia mengatakan : "Ridha Allah." Tentang di mana ia menghabiskan waktunya di waktu pagi hingga petang, ia menjawab: "Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang." (QS An-Nur: 36) serta di medan da’wah untuk mengembalikan manusia ke jalan al-haq. Tentang nasabnya, ia mengatakan : “Ibu bapaku adalah Islam. Tidak ada ibu bapa selainnya sementara orang lain bangga dengan keturunan Qais atau Tamim.”
7. SABAR.
Seorang mujahid dakwah terbina dengan akhlak sabar sehingga di awal perjalanannya, mereka telah memahami apa yang diucapkan Ibnul Qayyim rahimahullah : "Sesungguhnya sikap untuk lebih mengutamakan ridha Allah pasti akan berhadapan dengan permusuhan manusia, siksaan bahkan usaha mereka untuk membunuhnya. Yang demikian adalah sunnatullah di antara makhluk-Nya. Jika tidak demikian, lalu apakah dosa para Nabi dan Rasul yang memerintahkan keadilan di antara manusia dan menegakkan agama Allah? Maka barangsiapa yang lebih mengutamakan keridhaan Allah, nescaya ia akan mendapat permusuhan dari :
- Orang alim yang jahat.
- Manusia yang menyimpang.
- Orang yang jahil.
- Pelaku bid'ah.
- Orang yang berdosa.
- Penguasa yang bathil.
- Digoyahkan oleh manusia bahkan gunung sekalipun.
- Dihalangi oleh berbagai ujian, kekerasan dan rasa takut.
- Tarbiyah di atas sikap zuhud di dunia.
- Tarbiyah di atas sikap zuhud terhadap pujian.
8. PEMBERI INFAQ YANG TIDAK KIKIR TERHADAP DAKWAHNYA.
Ciri ini adalah sebagaimana yang disifatkan oleh Imam Hasan Al-Banna : "Mereka tidak kikir terhadap dakwah, meskipun mesti mengeluarkannya dari bahagian makanan anak-anak mereka, mengeluarkan darah mereka dengan harga yang mahal untuk keperluan utama, apatah lagi dari keperluan yang tidak mendesak. Mereka, tatkala menanggung bebanan dakwah ini, benar-benar mengetahui bahwa ia merupakan jalan dakwah yang tidak mungkin dilalui dengan sedikit pengorbanan darah dan harta. Maka mereka keluarkan perkara itu seluruhnya kerana Allah swt. Dari semua ciri-ciri dan sifat-sifat seorang mujahid dakwah di atas, boleh difahami bahwa mereka sebenarnya tengah melakukan perjalanan menuju Allah swt bersama kelompok al-haq dan kafilah tauhid. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai keyakinan besar, para pendidik, manusia yang sedar dan berpegang teguh kepada Islam, yang sedang mempersiapkan diri dengan ilmu, keahlian untuk berangkat dan berjihad. Masing-masing berlumba untuk berangkat, dan bila mereka berangkat mereka lakukan dengan penuh “itqan” (tanggungjawab dan amanah). Jika mengalami situasi sulit dalam peperangan, mereka bersabar. Mereka tidak akan rela sehingga dakwah mencapai tujuannya. Meskipun mereka perlu memeras seluruh kemampuan dan pemikiran mereka habis-habisan.
- Bila mereka memberi perintah, perintah mereka jauh dari sikap memaksa.
- Bila mereka taat kepada perintah, ketaatan mereka terbebas dari sikap merasa hina.
- Bila mereka melontarkan kritikan, kritikan mereka jauh dari sifat merosakkan dan menghancurkan.
- Memiliki disiplin yang tinggi.
- Teratur urusannya.
- Para murabbi.
- Perancang strategi menuju sasaran yang jelas.
- Orang-orang yang teguh pendirian.
- Komited
- Yang apabila diberi amanah sebagai pemimpin mereka lakukan dengan ikhlas.
- Jika diletakkan sebagai pekerja, mereka lakukan dengan penuh ketaatan.
- Mampu berfikir untuk terus meningkatkan kemampuannya secara seimbang untuk sentiasa berusaha mengatasi masalah yang dihadapinya.
- Mengambil hukum suatu pekerjaan dan aktiviti dari fikirannya.
- Mereka merasa bertanggungjawab untuk membela Islam.
- Puas dengan jumlah yang sedikit.
- Penyejuk mata.
- Penyenang hati.
- Penghidup ruh.
Para mujahid dakwah sentiasa komited dengan seruan Rasulullah saw secara zahir dan batin. Mereka berpendirian sebagaimana Rasulullah saw berpendirian. Mereka berjalan sebagaimana Rasulullah saw berjalan. Mereka ridha dengan keridhaan Rasulullah saw. Menyambut seruannya bila Rasulullah saw menyeru mereka. Landasan mazhab mereka adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah, meninggalkan hawa nafsu, bid'ah, berpegang teguh dengan para imam dan berqudwah pada para salaf. Meninggalkan perbuatan bid'ah, berpendirian di atas apa yang ditempuh para generasi awal dari para sahabat, pembela Islam, sumber keimanan mereka berintikan sikap ihsan.
Pengetahuan mereka murni mengambil dari haruman wahyu dan hadits Rasulullah saw. Para mujahid dakwah yang meyakini bahwa :
- Mempelajari ilmu ikhlas kerana Allah dapat melahirkan khasyiah (ketakutan).
- Menuntut ilmu merupakan ibadah.
- Muzakarah mereka adalah tasbih.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
No comments:
Post a Comment