Tuesday, December 21, 2010

Di sinilah Kebahagiaan Hakiki

 
Ada ungkapan yang sangat dalam maknanya yang disampaikan oleh Syaikh Abi Madiin dalam kitab ‘Tahzib Madarijus Salikin’. Katanya : "Orang yang telah benar-benar melakukan hakikat penghambaan (ubudiyah) akan:
  • Melihat perbuatannya dari kaca mata riya’.
  • Melihat keadaan dirinya dengan mata curiga.
  • Melihat perkataannya dengan mata tuduhan.

Ia lantas menjelaskan bahwa keadaan seperti itu muncul kerana semakin besarnya tuntutan kesempurnaan dalam diri seseorang. Semakin tinggi tuntutan dalam hatimu, maka semakin kecillah kamu memandang dirimu sendiri serta akan semakin mahal harga yang mesti ditunaikan untuk memperolehi tuntutan hatimu itu." Maka, jangan hentikan perenungan dan muhasabah diri kita masing-masing. Sungguh banyak lubang yang mesti kita berwaspada di tengah-tengah kehidupan yang penuh fitnah dan tipu daya ini.

Manusia diciptakan dalam keadaan susah payah. Memang itulah ketentuan Allah swt. Al-Qur’an menyinggung masalah ini sebagaimana yang tercatat dalam firman Allah swt : “Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam keadaan susah payah.” (QS Al Balad : 4)
Perkataan `kabad’ dalam kamus ‘Mu’jam Al Washit’ didefinasikan dengan perkataan ‘masyaqqah wa`ana’ yang bererti kesulitan dan kesusahan. Ya, sulit dan susah. Itulah yang pasti akan menghiasi hidup kita semua. Jangan merasa hairan dengan kenyataan hidup dan jangan hairan dengan terpaan masalah hidup. Sudah terlalu banyak firman Allah swt dan petunjuk Rasulullah saw yang menuntun kita untuk memahami realiti itu.

Hidup itu memang tempat kita ditempa, diuji dengan semua keadaannya.

"Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cubaan (yang sebenar-benarnya). Dan, hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS Al-Anbiya’ : 35)

Terdapat banyak peringatan Al-Qur’an tentang kehidupan adalah agar kita tidak terkejut dengan bencana, musibah dan aneka ragam masalah kehidupan. Orang yang telah mengetahui sebelum merasakan sesuatu yang berat tentu akan lebih ringan tatkala ia merasakannya. Orang yang belum mengetahui sesuatu yang sulit, pasti akan terkejut dan merasa terlalu payah saat ia mengalami kesulitan.

Abu Sa’id Al Khudri ra dahulu pernah menjenguk Rasulullah saw ketika beliau menderita demam menjelang kewafatan baginda. "Kuletakkan tanganku di badannya. Aku merasakan panas di tanganku di atas selimut. Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini."

Rasul mengatakan, "Begitulah kami (para nabi). Cubaan dilipatgandakan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cubaannya?" Beliau menjawab: "Para Nabi." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?" Rasul mengatakan, "Orang-orang yang soleh. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, adalah sampai salah seorang mereka diuji tidak mendapatkan apapun kecuali baju yang dikumpulkan. Tapi, bila seorang di antara mereka diberi ujian kesenangan, adalah sebagaimana salah seorang di antara kamu senang kerana kemewahan." (HR Ibnu Majah)

Kita pasti ingin hidup bahagia, jauh dari kesulitan dan kesedihan serta tidak ada masalah yang memberatkan. Ya, kita semua ingin bahagia dan kebahagiaan hidup yang hakiki itu hanya dapat dicapai melalui kedekatan diri kita kepada Allah melalui amal-amal ibadah dan kesolehan. Hanya itu jalannya. Cuba kita renungkan, bagaimana keadaan hati ketika kita melakukan aktiviti ibadah kepada Allah swt. Renungkan juga, bagaimana suasana kalbu kita ketika kita melakukan ibadah solat yang dilakukan dengan berjamaah.
  • Gembirakah?
  • Senangkah?
  • Bercahayakah?

Jawabannya, pasti ya. Dengarlah, bagaimana bunyi doa yang dianjurkan oleh Rasulullah saw untuk dibaca di kala kita melangkah ke masjid :

"Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Pada pendengaranku cahaya. Pada penglihatanku cahaya. Di sebelah kananku cahaya. Di sebelah kiriku cahaya. Di depanku cahaya. Di belakangku cahaya. Di atasku cahaya dan di bawahku cahaya. Dan jadikanlah diriku bercahaya." (HR Muslim dan Abu Dawud)

Cahaya itu yang akan menerangi jiwa. Jiwa yang bercahaya pasti akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Itulah inti kehidupan yang sering dilupakan manusia dan mungkin oleh kita juga. Ramai di antara kita yang mencari-cari kebahagiaan dari sumber yang tidak memiliki kebahagiaan yang memberi ketenangan.

Kita sering menggantungkan kebahagiaan dari keadaan yang sebenarnya tidak membantu untuk mententeramkan hati. Ibnul Qayyim mengistilahkan keadaan rasa bahagia dan tenang dalam jiwa dengan istilah ‘rahmah bathiniyah’ (kasih sayang batin) yang Allah berikan kepada hambaNya yang melakukan ketaatan. Kasih sayang batin itu adalah sentuhan perasaan dalam hati seseorang yang mendapat musibah berupa ketenangan dan ketenteraman. Tidak resah dan tidak pula khuatir.
 
Perhatikanlah kata-katanya yang menggambarkan keadaan seseorang yang mendapat kasih sayang batin itu :

"Seorang hamba boleh justeru menjadi sangat sibuk merasakan kasih sayangNya, ketika ia menghadapi penderitaan yang berat. Dia berfikir seperti itu, kerana yakin bahwa itu adalah pilihan terbaik yang ditetapkan kepadaNya."

Di sinilah hakikat kebahagiaan hidup yang kita cari selama ini.


Ya Allah, kurniakanlah kebahagiaan yang hakiki kepada kami berupa ketenangan hati bersama taqdir dan ketentuanMu walaupun dunia di luar berkecamuk dengan segala permasaalahnnya. Limpahkanlah cahaya dariMu supaya ianya mampu menerangi setiap rongga di tubuh dan persekitaran kami.

Ameen Ya Rabbal Alameen

WAS

No comments:

Post a Comment